Rumah Bertangga
Rumah Bertangga.
Saat duduk di teras menikmati hujan, saya iseng bertanya ke ibu:
“Apa tantangan terbesar hidup bersama bapak?”
Ibu menjawab
“Dengkuran-nya sepanjang malam hingga pagi, itu tantangan terbesar…. *sambil senyum*
*kita berdua tertawa kecil*
“Tapi saat Ibu membayangkan malam-malam tidur tanpa bapak, hal itu tidak lebih berat….”
———————————————————-
50 tahun dilalui mereka mengarungi biduk kehidupan.
Kebon sirih, Jakarta 12 Juni 1964 sepakat mengikat kerjasama membangun sebuah rumah masa depan yang banyak anak tangga-nya bernama rumah tangga.
Makin tinggi melangkah, makin berat tantangan melewati-nya.
Ada cinta, ceria, gembira, rindu, suka cita, canda tawa, dalam langkah.
Ada juga duka, benci, bosan, kesal, marah, khianat, sepi, cemburu dalam menjalani.
Perbedaan adalah warna pelangi
Pertengkaran adalah kerikil di jalan
Pengkhianatan adalah sinar terik matahari
Kesulitan adalah dingin-nya malam menyambut pagi.
Tiada hari dilewati tanpa bersama
Tiada kesulitan dilalui tanpa kerjasama.
Tiada bahagia dirasai tanpa berdua.
Semoga rumah ini terus bertangga, hingga mereka bisa terus berjalan. Memberi contoh kehidupan, bagi generasi penerusnya.
Tuhan, beri kesempatan buat mereka.
Jalan terus ya Pak, Bu.
Kami selalu mengikuti
View on Path